Gaza dan Tragedi Holocaust



Oleh: Jauhar Maknun

Masih segar dalam ingatan kita dentuman bom yang mengguncang bumi jihad Palestina pada akhir Desember silam, tragedi yang merampas harga diri dan cita-cita bangsa Palestina yang merdeka, hingga tengkorak manusiapun ikut menjadi saksi sejarah kebiadaban zionis Israel dan pasukannya kala itu. Akankah kejayaan ummat Islam dimasa lalu akan terulang di balik pembantaian warga Gaza? Bukankah kita generasi pilihan yang disebutkan dalam al-Quran sebagai ‘khoirul ummah’ atau hanya sekedar buih di hamparan laut yang luas? Lalu bagaimana dengan kemenangan ummat Islam di masa datang yang telah dijanjikan Allah Swt. dalam kitabnya? Kitalah yang bisa menjawab semua pertanyaan itu, kitalah pelaku sejarah yang akan menentukan nasib dan cita-cita mulia ummat Islam selanjutnya, kalau bukan kita- apakah kita hanya menunggu generasi selanjutnya yang akan menggantikan kita, yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya. Bukankah menunggu itu adalah sebuah pekerjaan yang membosankan?

Nama “Holocaust” berasal dari kata Yunani yang digunakan dalam al-Kitab, yang berarti persembahan bakaran yang utuh. (Ibrani 10:6) Namun sehubungan dengan tulisan ini, “Holocaust” adalah penganiayaan dan pemusnahan 6 juta orang Eropa keturunan Yahudi secara sistematis yang disponsori negara Jerman Nazi dan sekutu-sekutunya antara tahun 1933-1945. Orang-orang Yahudi berkata “bahwa orang-orang Nazi pada masa Hitler telah membakar orang-orang Yahudi dalam sebuah ruangan berisi gas dengan fasilitas super modern.” Orang-orang Yahudi senantiasa mengeksploitasi masalah ini sampai kapanpun. Masalah ini menjadi terkenal dan tersebar, salah satu faktor yang membantu penyebaran itu adalah kekuatan media informasi yang dimiliki Yahudi sebagai tambahan atas hal itu, propaganda ini akan mendatangkan suplai dana dan rasa iba bangsa lain terhadap Yahudi, kemudian menyetujui terbentuknya negara Israel Raya yang terbentang dari sungai Eufrat di Irak sampai sungai Nil di Mesir.

Ada beberapa sebab munculnya istilah Holocaust. Smith Alhadar (penasehat pada Indonesian Society For Middle East Studies) mengatakan: “Holocasut lahir disebaban oleh dua faktor: Masalah psikologis, orang Barat tidak mampu melihat masalah ini secara kritis akibat perasaan berdosa yang mendalam akibat pembantaian kaum Yahudi. Perasaan bersalah orang Eropa ini, juga bisa kita peroleh dari buku-buku sejarah Eropa dalam konteks hubungannya dengan Yahudi. Kaum Yahudi senantiasa dijadikan sasaran penghinaan dan pembantaian orang Eropa. Kemudian masalah moral, orang Eropa ingin menghapus dosa Holocaust dengan memberikan tempat tinggal bagi bangsa Yahudi. Ironisnya tempat tinggal itu diambil dari tanah bangsa Palestina yang notabene adalah wilayah muslim.”

Survei membuktikan bahwasanya “Holocaust” hanyalah sebuah rekayasa orang-orang Yahudi. Pertama, fakta dari para pakar kimia menunjukan bahwa tempat-tempat yang digembar-gemborkan kepada masyarakat sebagai tungku pembakaran manusia dengan menggunakan gas di era Hitler, ternyata sama sekali tidak dapat digunakan sebagai tungku pemanggangan manusia, malainkan lebih mirip ruangan (kamar mandi) berisi pipa air yang sudah karatan. Kedua, dari kalangan ilmuwan Barat sendiri ada beberapa orang yang menyangkal adanya “Holocaust”. Diantaranya, pengarang Perancis Roger Garaudy, professor Robert Maurisson, dan Ernist Zundel. Tetapi hampir semuanya dinyatakan bersalah, bahkan nama terakhir yang disebutkan di atas dikenakan hukuman lima tahun penjara pada tanggal 15 Februari 2007.

Semua hal di atas sangat kontras dengan slogan negara-negara Barat yang menyatakan kebebasan berpendapat apalagi disertai bukti-bukti ilmiah tentang kepalsuan “Holocaust”. Tetapi begitu menyinggung masalah yang menggugat hal tersebut mereka (Yahudi: red) langsung memberantas habis penentang-penentangnya, sehingga banyak kalangan menilai adanya lobby Yahudi yang berdiri di belakangnya dalam mempengaruhi putusan pengadilan. Tentunya Israel akan menafsiri hal ini sebagai tanda anti-semitisme. Tetapi adalah lebih bijaksana bagi Israel untuk kembali introspeksi dan mempertimbangkan kembali
keuntungan mengeksploitasi masa lalu mereka untuk keuntungan politik.

Pertanyaan yang akan berkembang adalah: Bagaimana mungkin sebuah bangsa yang lahir dari sebuah tragedi “Holocaust” melakukan hal yang sama pada warga Gaza? Maka tidak heran bila zaman sekarang banyak orang Eropa menentang perilaku Israel. Poling yang diadakan baru-baru ini menyatakan tujuh dari 10 orang Eropa menganggap Israel adalah ancaman terbesar bagi perdamaian dunia; mengungguli Korea Utara dan Iran.

Dengan berbagai daya dan upaya, orang-orang Yahudi berusaha menghalangi dan menutupi kenyataan yang sesungguhnya mengenai pembantaian enam juta orang Yahudi di kamar gaz Nazi. Tindakan keras yang ditunjukan oleh zionis itu menunjukan ketakutan mereka atas terungkapnya hasil-hasil penelitian ilmiah mengenai pembantaian enam juta orang Yahudi dalam PD II. Sangat ironis memang paradigma yang berkembang di negara kita -mayoritas masyarakat Indonesia percaya bahwa Holocaust memang benar-benar terjadi. Hal itu disebabkan karena mulai dari dunai hiburan (film, buku bacaaan, gambar) hingga bahan-bahan pelajaran kita selalu dijejali dengan mitos-mitos seputar pembantaian kaum Yahudi oleh Nazi. Akibatnya kita kadang menganggap kaum Yahudi adalah kaum yang tertindas dan selalu hidup dalam bayang-bayang teror. Sudah banyak puluhan film yang kita tonton mengenai kebengisan pasukan Nazi, namun, adakah satu film saja yang menggambarkan kekejian pasukan Israel?

Salah satu korban dari sekian banyak korban akibat kekejian Zionis Israel adalah Gaza. Pasukan Israel suka membunuh dan memerangi penduduk Palestina dengan menghalalkan segala cara atas nama memerangi terorisme. Tetapi realita di lapangan sangat kontradiktif dengan apa yang mereka istilahkan dengan terorisme. Apakah mereka (Hamas-red) yang ingin membela dan melindungi warga sipil Palestina dengan aman di tanah kelahirannya disebut sebagai teroris? Kalau jawabannya adalah benar, sungguh sebuah logika yang sangat jauh dari kebenaran. Agresi militer ke Gaza yang dimulai tanggal 27 Desembar 2008 telah memakan banyak korban jiwa. Penyerangan yang diplanning hanya dalam waktu tiga hari itu tidak berhasil mereka laksanakan. Justru pembantaian itu menambah rekor buruk Yahudi di mata dunia internasional. Sebuah kejahatan perang dan kemanusiaan yang pernah ada di planet ini, karena mayoritas korban yang terbunuh dalam agresi itu adalah warga sipil Palestina dan bukan Hamas yang mereka cari.

Menentukan nasib sendiri adalah hak dasar setiap ummat manusia di dunia, tapi hak rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri ditolak mentah-mentah.

Bahkan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan para pengungsi Palestina berhak kembali ke Tanah Air mereka, sedang di lain pihak, para pengungsi itu masih dilarang Israel masuk ke Tanah Airnya sendiri. Semua membuktikan merosotnya kualitas negara-negar Barat yang mengklaim dirinya sebagai negara yang bermartabat, menghormati hukum dan hak asasi manusia. Juga menunjukan masih adanya hukum rimba yang berlaku di dunia, yang hanya memberikan legitimasi pada mereka yang memiliki kekuatan dan persenjataan, tetapi tidak memberikan kesempatan hidup pada mereka yang lemah, baik individu maupun pemerintah. Tapi ketabahan dan kesabaran rakyat dan pejuang Palestina sekali lagi telah membuat dunia pantas mengacungkan jempol, karena mereka berhasil memukul mundur dan mengalahkan rencana jahat Israel lanatullah.

Jika kita membiarkan pembantaian itu terus-menerus, lembaran sejarah akan mencatat rapot merah kita dengan tinta darah. Allah Swt. akan murka dan semua orang di dunia akan mencela kita sebagai ummat yang tidak punya rasa kepedulian terhadap sesama. Tragedi Holocasut terlepas dari benar atau sekedar rekayasa Zionis Israel; itu kembali pada Anda yang memutuskan. Yang jelas “Holocaust” bertujuan mendapatkan simpati dan dukungan Barat untuk mendirikan negara Israel Raya, hingga kemudian dijadikan legitimasi untuk bisa menyerang negara lain khususnya bangsa Palestina. Terakhir penulis mengajak kita semua, bahwa masalah Palestina adalah tanggung jawab setiap muslim. Mendukungnya dan membelanya adalah kewajiban. Mengabaikannya adalah pelanggaran terhadap agama serta aib bagi kemanusiaan. Wallahu‘alam bishowab.

 

kajian ISLAH Copyright © 2009 http://kajian-islah.blogspot.com by kajian Islah's zagazig-tafahna