Hiburan


Oleh: Heru Mahbarullah

Islam adalah agama realis yang tidak tenggelam dalam dunia khayal dan lamunan. Tetapi Islam berjalan bersama manusia di atas dunia realita dan alam kenyataan. Islam tidak memperlakukan manusia sebagai malaikat yang bersayap dua, tiga dan empat. Tetapi Islam memperlakukan manusia sebagai manusia yang suka makan dan berjalan di pasar-pasar.

Meningkatnya ruhiah sebagian para sahabat, telah mencapai puncak hingga beranggapan bahwa kesungguhan yang membulat dan ketekunan beribadah, haruslah menjadi adat kebiasaannya yang mengharuskan berpaling dari kenikmatan hidup dan keindahan dunia, tidak bergembira dan tidak bermain-main. Bahkan seluruh pandangannya dan fikirannya hanya tertuju kepada akhirat melulu dengan seluruh isinya.

Marilah kita simak kisah sahabat Handhalah al-Asidi yang mulia -dia termasuk salah seorang penulis Nabi. Ia menceriterakan tentang dirinya kepada kita sebagai berikut.
Satu ketika aku bertemu Abubakar, kemudian terjadilah suatu dialog:
Abubakar: Apa kabar, wahai Handhalah?
Aku: Handhalah berbuat nifaq!
Abubakar: Subhanallah, apa katamu?
Aku: Bagaimana tidak! Aku selalu bersama Rasulullah SAW. Beliau menuturkan kepadaku tentang Neraka dan Surga yang seolah-olah Surga dan Neraka itu aku lihat dengan mata-kepalaku. Tetapi setelah aku keluar dari tempat Rasulullah SAW. kemudian bermain-main dengan istri dan anak-anak dan bergelimang dalam pekerjaan, maka aku sering lupa tutur Nabi itu!
Abubakar: Demi Allah, saya juga berbuat demikian!
Aku: Kemudian saya bersama Abubakar pergi ke tempat Rasulullah SAW.
Kepadanya, saya katakan: Handhalah nifaq, wahai Rasulullah!
Rasulullah: Apa?!
Aku: Ya Rasulullah! Begini ceritanya, aku selalu bersamamu, Engkau ceritakan kepadaku tentang Neraka dan Surga, sehingga seolah-olah terlihat dengan mata-kepala.
Tetapi apabila sudah keluar dari sisimu, bertemu dengan isteri dan anak-anak serta sibuk dalam pekerjaan, aku banyak lupa!

Kemudian Rasulullah SAW. bersabda: "Demi Dzat yang diriku dalam kekuasaannya! Sesungguhnya andaikata kamu disiplin terhadap apa yang pernah kamu dengar ketika bersamaku dan juga tekun dalam zikir, niscaya malaikat akan bersamamu di tempat tidurmu dan di jalan-jalanmu. Tetapi wahai Handhalah, saa'atan, saa'atan! (Berguraulah sekedarnya saja!) Diulanginya ucapan itu sampai tiga kali." (HR. Muslim)

Kehidupan Rasulullah SAW. merupakan contoh yang baik bagi manusia. Dalam khulwat-nya ia melakukan sembahyang dengan khusyu', menangis dan lama berdiri sehingga kedua kakinya bengkak. Dalam masalah kebenaran ia tidak mempedulikan seseorang, demi mencari keridhaan Allah. Tetapi dalam kehidupannya dan perhubungannya dengan orang lain, Rasul Muhammad adalah manusia biasa yang sangat cinta kepada kebaikan, wajahnya berseri-seri dan tersenyum, bergembira, dan tidak mau berkata kecuali yang haq.

Ia menyukai kegembiraan dan apa saja yang dapat membawa kepada kegembiraan. Ia tidak suka susah dan apa saja yang membawa kesusahan, seperti berhutang dan hal-hal yang menyebabkan orang bisa payah. Dan selalu minta perlindungan kepada Allah dari perbuatan yang tidak baik. Dalam doanya itu ia mengatakan: "Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari duka dan susah." (HR. Abu Daud)

Dalam salah satu riwayat diceriterakan tentang berguraunya dengan seorang perempuan tua yang berkunjung ke rumah Nabi meminta doa supaya ia masuk surga. Maka jawab Nabi: "Surga tidak menerima orang tua!" Mendengar jawaban itu, sontak saja si perempuan tua menangis tersedu-sedu karena beranggapan bahwa ia tidak akan masuk surga.

Melihat keadaan nenek tua tersebut, Rasulullah SAW kemudian menerangkan maksud dari sabdanya itu, "bahwa seorang tua tidak akan masuk surga dengan keadaan tua bangka, bahkan akan dirubah bentuknya oleh Allah dalam bentuk lain, sehingga dia akan masuk surga dalam keadaan masih muda belia.” Kemudian Rasul membacakan ayat: "Sesungguhnya Kami ciptakan mereka itu dalam ciptaan yang lain. Maka kami jadikan mereka itu perawan-perawan yang menyenangkan dan sebaya."(al-Waqi'ah: 35-37)

Begitu juga para sahabatnya yang baik-baik itu. Mereka biasa bergurau, tertawa, bermain-main dan berkata yang ganjil-ganjil karena mereka mengetahui akan kebutuhan jiwanya dan ingin memenuhi panggilan fitrah serta hendak memberikan hak hati untuk beristirahat dan bergembira agar dapat melangsungkan perjalanannya dalam menyusuri aktivitas.

Ali bin Abu Talib pernah berkata: "Sesungguhnya hati itu bisa bosan seperti badan. Oleh karena itu carilah segi-segi kebijaksanaan demi kepentingan hati." Dan katanya pula: "Istirahatkanlah hatimu sekedarnya! Sebab hati itu apabila tidak suka, bisa buta." Abu Darda pun berkata: "Sungguh hatiku akan kuisi dengan sesuatu yang kosong, supaya lebih dapat membantu untuk menegakkan yang haq."

Oleh karena itu, hiburkan hati yang masih gelisah! Obati hati yang terluka, ikat kembali persahabatan dengan iman dan kasih saying! Tidak salah jika seorang muslim bergurau dan bermain-main yang kiranya dapat melapangkan hati. Tidak juga salah kalau seorang muslim menghibur dirinya dan rekan-rekannya dengan suatu hiburan yang mubah, dengan syarat kiranya hiburannya itu tidak menjadi kebiasaan dan perangai dalam seluruh waktunya, sehingga melupakan kewajiban dan melemahkan aktivitasnya.

Maka tepatlah pepatah yang mengatakan, "campurlah pembicaraan dengan sedikit bermain-main, seperti makanan yang dicampur dengan sedikit garam."

Berhibur tiada salahnya karena hiburan itu indah. Hanya apabila salah memilihnya membuat kita jadi bersalah. Maka dalam bermain-main itu, seorang muslim tidak diperkenankan menjadikan harga diri dan identitas seseorang sebagai sasaran permainannya. Seperti firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman! Jangan ada satu kaum merendahkan kaum lain sebab barangkali mereka (yang direndahkan itu) lebih baik dari mereka (yang merendahkan)." (al-Hujurat: 11)

Tidak juga diperkenankan dalam berguraunya itu, agar ditertawakan orang lain, dengan menjadikan kedustaan sebagai wasilah. Sebab Rasulullah telah memperingatkan dengan sabdanya, "celakalah orang yang beromong suatu omongan supaya ditertawakan orang lain, kemudian dia berdusta. Celakalah dia! Celakalah dia!" (HR. Tarmizi) Wallahu a’lam

 

kajian ISLAH Copyright © 2009 http://kajian-islah.blogspot.com by kajian Islah's zagazig-tafahna