Ternyata… Sabarlah Solusinya


Oleh: Khanova Maulana

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan hanya main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS : Al An’am : 32)

Dr. Musthofa Ad Damiri, wakil kuliyah Ushuluddin dan Dakwah Univ. Al Azhar Zagazig mendeskripsikan tentang dunia sebagai daarul ikhtibaar wal ibtilaa lil basyar (tempat ujian dan cobaan), agar Allah dapat mengetahui siapa–siapa saja yang masuk dalam kategori shobirin yang mendapat pujian langsung dari Allah berupa mahabbah dariNya dan pahala yang tiada batas.

“Dan sesungguhnya Allah amat menyukai orang-orang sabar” (QS : Ali Imran : 146” ) “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (QS : Az Zumar : 10)

Sabar adalah sifat para Rosululul‘azmi:

Nabi Nuh As. dengan kesabarannya harus menghadapi kaumnya yang menyembah berhala-berhala (Wad, Suwa, Ya’uq, Yaguts, dan Nasr). Beliau berdakwah 950 tahun siang dan malam, namun tidak menambah keimanan kaumnya melainkan mereka lari saat beliau berdakwah (menolak) dan hanya sedikit dari mereka yang beriman.

Nabi Ibrahim kholilullah ‘Alaihis salam Abul Anbiyaa, dengan kesabarannya yang luar biasa menerima siksaan dari sang raja dzolim dan mempertaruhkan nyawanya dengan dibakar demi sebuah kalimat tauhid, kemudian hampir seratus tahun usia pernikahannya dengan istrinya (Siti Sarah) ia belum dikaruniai anak hingga istrinya meminta agar ia menikahi seorang budak belian yang berkulit hitam bernama Hajar untuk dijadikan istri. Atas kehendak Allah terbukti Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Di saat berbahagia itu, tiba-tiba Allah memerintahkan Ibrahim untuk “membuang” istri dan anak yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di Makkah. Belum sampai di situ, perintah yang lebih berat diterima Ibrahim, yaitu harus mengorbankan Ismail yang baru beranjak remaja. Hal ini pun beliau laksanakan, meskipun akhirnya Allah mengirim kabsy (kambing kibas) sebagai gantinya.

Nabi Musa As. Kalimullah yang dengan kesabaran extra menghadapi Firaun dan kaumya bani Israil yang keras kepala dan amat pembangkang, yang berani menyembah berhala saat beliau pergi ke puncak Tursina menghadap Tuhannya. Nabi Isa AS yang harus bersabar menghadapi fitnah kaumnya, terutama tentang status ibunya yang melahirkannya tanpa adanya seorang ayah dan penghianatan muridnya.

Dan yang paling mulia diantara mereka Muhammad Saw. yang sedari kecil hingga beliau diutus menjadi Rosul mengalami masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun beliau sudah menjadi yatim piatu dan harus kehilangan orang-orang yang ia cintai, kemudian setelah diangkatnya beliau menjadi rasul, berbagai penentangan, penghinaan, bahkan hingga beliau meneteskan darah dilempari batu kaum Thoif. Dan dalam saat-saat seperti ini, penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari pamannya sendiri Abu Lahab. Beliau juga harus ikut menderita tatkala bani Hasyim diboikot (diasingkan) selama tiga tahun di sebuah lembah, yang mana diantara isinya antara lain melarang berhubungan jual beli, pernikahan, dan sosial lainya kepada bani Hasyim. Dan berbagai cobaan dan ujian lain yang jauh lebih berat yang mana dengan ujian-ujian tersebut jusru menambah mulia kedudukan beliau dan menjadikan islam sebagai agama rahmatan lil’alamin yang saat ini kita dapat merasakannya.

Sabar dalam menjalankan ibadah dan menghindari kemaksiatan:

Bagi orang yang mentadabburi serta mengamalkan isi Al Qu’ran, akan mengetahui hakikat keberadaan manusia di muka bumi ini, sebagaimana firman Allah dalam surat adz-Dzariat : 56 “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Imam Ibnu Katsir menafsirkan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia adalah semata–mata agar mereka beribadah kepadaNya. Ayat ini bukan bermaksud menunjukan bahwa Allah butuh akan ibadah hambaNya, namun sebagai bentuk kewajiban makhluk kepada sang Kholiq, karena pada hakikatnya manusialah yang butuh kepada Allah, dalam setiap urusan baik dunia maupun akhirat.

Ibadah tidak semata shalat, puasa, zakat atau rukun islam yang lainnya, namun ibadah adalah segala sesuatu yang ketika dilaksanakan, niat dan caranya benar menurut syariat dan dapat mendekatkan ahlinya kepada sang Khaliq.

Belajar sebagai bentuk ibadah dan ketaatan kepadaNya:

“Mudzaakarotii thoo’atun lirobbi” (belajarku adalah bentuk keta’anku kepada tuhanku) demikianlah sebuah kata yang penuh hikmah menyampaikan pesannya, karena seperti apapun seseorang beribadah, apabila tanpa didasari ilmu yang baik dan akhirnya berujung pada kesalahan dalam beribadah adalah sebuah bentuk kemungkaran.

Maka benarlah sabda Rasul SAW. yang mengatakan bahwa seorang yang ‘alim (berilmu) adalah lebih baik daripada seribu ‘abid (ahli ibadah), dan keutamaan mereka (ahli ilmu) terhadap ahli ibadah adalah bagaikan purnama yang bersinar terang diantara bintang-bintang.

Namun untuk menjadi seorang ‘alim, tidak semudah membalikan telapak tangan, jalan terjal harus siap ia hadapi, karena setan yang jauh sebelum manusia turun ke bumi telah bersumpah saat Allah mengusirnya dari surga karena kesombongannya: Iblis berkata: "sebagaimana Engkau telah menghukumku tersesat, maka aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta'at). (QS Al A’roof 16–17)

Dari ayat tersebut Allah dengan jelas telah memperingatkan bani Adam bahwa iblis tidak akan pernah rela dan membiarkan mereka berada dalam ketaatan, dan dengan segenap kemampuannya ia (Iblis) bersumpah akan menggoda manusia dari segala penjuru.

Tazyin (menjadikan seolah indah) sebuah kemaksiatan adalah salah satu jurus jitu iblis dalam menggoda bani Adam, namun seorang yang mampu bersabar dan ikhlas dalam beramal adalah solusinya, bahkan iblispun mengaku tidak sanggup menggoda orang-orang jenis ini, sebagaimana dalam pengakuannya: Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (QS : Al Hijr : 39 – 40)

Sabar dalam menghadapi cobaan:

Semakin tinggi keimanan seorang hamba, maka semakin berat ujian Allah kepadanya, namun walau bagaimanapun Allah dengan sifat pengasih penyayangNya tidak akan menguji hambanya di luar kemampuannya. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS Al Baqoroh : 286)

Dan salah satu ciri seorang hamba yang sabar terhadap ujian Allah yang berhak mendapat kemuliaan dan kehormatan disisiNya adalah mereka yang apabila ditimpa musibah berkata: “Inna lillah wa inna ilaihi rooji’uun”

“Maka mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al Baqoroh : 157) Demikianlah dan tidak ada seseorang yang shaleh dan sukses dalam kehidupannya melainkan telah Allah uji menurut kadar keimanan mereka masing-masing.

Dan minta tolonglah kepada Allah dengan sabar dan shalat:

Ujian termin satu tahun ajaran 2008-2009 berada di depan pelupuk mata, setiap pelajar sejati mempersiapkan senjata mereka masing-masing untuk menghadapi medan juang tersebut, semakin baik persiapan yang dilakukan, semakin baik pula hasil yang akan didapat (insya Allah).

Selain dituntut untuk mempersiapkan yang terbaik untuk menghadapi ujian, saat-saat itulah dimana seorang pelajar seharusnya semakin merapat kepada Sang Pemberi keputusan, menghidupkan malam-malam yang selalu kosong dalam sujud mengharap rahmatNya, karena ditanganNyalah hasil segala yang kita upayakan.

(Usaha tanpa do’a adalah Sombong, Dan do’a tanpa usaha adalah bohong, Ia sekali-kali tiada mungkin mendzolimi hambanya, Melainkan hambanyalah yang mendzolimi dirinya sendiri, Dan Allah-lah sebaik-baik pemberi keputusan).

“Dan Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',” (QS : Al Baqoroh : 45) Seorang yang mampu bersabar akan melahirkan keistiqomahan yang merupakan salah satu dan yang terpenting bagi seorang tholib untuk meraih kesuksesannya, baik dalam hal akademik ataupun aktivitas lainnya. Kesuksesan studi adalah merupakan kebahagiaan dan dambaan setiap pelajar, sedang Allah amat mencintai orang-orang yang sabar, maka apabila seseorang telah mencapai derajat shoobiriin sehingga dicintai dan mencintai Allah. Maka kebahagiaan mana lagi yang engkau cari? Wallahu a’lam bi showaab..

 

kajian ISLAH Copyright © 2009 http://kajian-islah.blogspot.com by kajian Islah's zagazig-tafahna