Oleh: Didin Baharudin
Baru saja kita melalui peringatan 80 tahun hari Sumpah Pemuda. Sumpah yang digagas oleh Sugondo Djodjopuspito, Muhammad Yamin, ar Baswedan, dan organisasi-organisasi kepemudaan yang ada pada waktu itu (Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, PPI, dll). Sumpah yang terjadi pada tanggal 28 oktober 1928 ini merupakan representasi pemuda pada saat itu untuk bersatu merubah keadaan bangsannya yang telah dijajah sekitar 3 abad. Tak banyak dari kita yang mengingat peristiwa sejarah ini, gelora Sumpah Pemuda sepertinya mulai menghilang di hati sebagian generasi muda Indonesia saat ini. Mereka tidak hanya lupa kapan peristiwa itu terjadi, tetapi juga isi dan urgensi dari sumpah yang mempersatukan bangsa Indonesia tersebut. Pemuda Indonesia telah banyak yang dipengaruhi hedonisme, padahal merekalah yang nantinya melanjutkan estafet kepemimpinan.
Pemuda merupakan unsur yang sangat vital dalam tatanan kehidupan sosial, penentu masa depan umat, dunia, dan kemanusiaan. Pemuda merupakan penerus estafet kepemimpinan. ''Pemuda Indonesia sebagai generasi pewaris nilai-nilai luhur budaya dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan pembangunan sangat diharapkan menjadi kader pimpinan bangsa yang berjiwa Pancasila, disiplin, peka, mandiri, beretos kerja, tangguh, memiliki idealisme dan wawasan kebangsaan yang luas, mampu mengatasi tantangan, baik masa kini maupun mendatang dengan tetap memperhatikan nilai sejarah yang dilandasi semangat kebangsaan serta persatuan dan kesatuan.'' (GBHN NKRI tentang kepemudaan).
Sejarah membuktikan bahwa pemuda memang sangat berperan penting dalam perubahan; peserta kongres yang menghasilkan Sumpah Pemuda itu di masa selanjutnya banyak yang menduduki jabatan penting dalam Republik Indonesia. Para pengikut setia Lenin dan Stalin di awal kemenangan komunis di Uni Soviet kebanyakannya adalah para pemuda. Pemuda Michail Gorbacev ketika berusia 18 tahun menulis, “Lenin adalah ayahku, guruku dan Tuhanku.” Sejarah islam dan kemanusian juga membuktikan bahwasanya kemulian dan keluhuran suatu umat dipengaruhi oleh potensi dan eksistensi pemudanya, sebagaimana diungkapkan dalam al-Qur’an berkenaan dalam kisah nabi Yusuf As. (Q.S. 12:22) dan nabi Musa (Q.S. 28:14). Hal ini dikarenakan potensi dan eksistensi pemuda yang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu.
Islam memberikan perhatian khusus kepada pemuda, agar menjadi harapan sebuah bangsa dan tidak terlena dengan kehidupan dunia yang glamour ; nabi Muhammad Saw. bersabda: ''Ada tujuh golongan yang mendapat perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan selain perlindungan-Nya: (1) pemimpin yang adil; (2) pemuda yang terbina dalam ibadah kepada Allah; (3) orang yang hatinya terpaut dengan masjid; (4) dua orang bersahabat di jalan Allah, berkumpul dan berpisah karena-Nya; (5) laki-laki yang diajak kencan seorang perempuan berkedudukan dan cantik namun menjawab: Aku takut kepada Allah; (6) seorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tak tahu apa yang disedekahkan tangan kanannya; dan (7) seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian hingga berlinang air matanya (riwayat Bukhari). Islam juga memberikan pemuda tempat terhormat, sebagaimna terlihat pada kisah sahabat Ali bin Abi Thalib, atau kisah Ashabul Kahfi (Q.S. 18:10, 13, 22, 74, 80, 82). Rasulullah Saw. juga bersabda yang diutamakan untuk pemuda dalam mengantisipasi erosi rohani: ''Gunakanlah yang lima sebelum datangnya lima perkara: usia mudamu sebelum datang usia tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum miskin, hidupmu sebelum matimu, dan kelapanganmu sebelum sibukmu.''
Sudahkah kita menjadi pemuda ideal yang diharapkan bangsa? Atau paling tidaknya seperti Fahri (AAC)? Gelar mahasiswa yang sering diartikan agen of change rasanya belum kita aplikasikan dalam kehidupan kita. Masih banyak diantara kita yang lupa akan tugas utama kita di sini, dan lupa akan peranan kita sebagai pemuda yang kelak akan melanjutkan estafet pembangunan bangsa.
Winter telah menyapa kita, tahun ajaran baru telah kita masuki, saatnya untuk bangkit. Bangkit menjadi pemuda yang diinginkan bangsa dan negara, bangkit untuk berprestasi, bangkit untuk pantang menyerah, bangkit untuk Indonesia. Peace, Love, n Respect…