Ramadhan dan Persaingan Politik


Oleh: Didin Baharudin

Pemilihan umum sudah tercium sejak dini, tiada partai yang diam saat ini. Sudah saatnya bergerak, dan mengambil sikap dari permainan politik nasional. Dan kita sebagai mahasiswa harus banyak berperan dalam memajukan Negara. Jangan skeptis untuk mengambil langkah dalam pemilu 2009. Kita harus melakukan yang terbaik untuk negeri tercinta. Politik tidak hanya terkhususkan kepada mahasiswa yang masuk universitas umum saja, yang agama pun bisa melakukannya; termasuk kita di dalamnya.
Jika kita analisa, persaingan perpolitikan di Indonesia dewasa ini sangat menyedihkan. Terlebih jumlah partai yang banyak. Dan apabila kita spesifikan kepada partai Islam, tidak sedikit yang mengatasnamakan dan menjual agama. Jadi kata sederhananya, agama dijadikan kambing hitam untuk diobral kepada masyarkat; supaya lebih tertarik ketika memilih partai tersebut.

Tapi terkadang kita sebagai mahasiswa banyak juga yang belum melihat secara realistis. Masih tertanam di pikiran bahwasanya setelah lulus dari Azhar akan mengajar, jadi dosen; sudah, cukup. Padahal sudah saatnya kita merubah para anggota parlemen yang datang ke rapat hanya untuk tidur. Mengganti para pejabat yang hanya makan gaji buta saja, bukan memikirkan rakyat melainkan untuk membodohoi rakyat. Yang membuat undang-undang mendiskreditkan Islam. Yang selalu menangkap para ulama dengan dalih membuat ketakutan di mana-mana (teroris).

Selama sebulan ini (penghujung bulan Juli hingga paruh ke-3 Agustus) umat Islam di seluruh dunia memperingati peristiwa Isra Mi’raj; perjalanan spiritual Rasulullah Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, menuju Sidratil Muntaha. Perjalanan yang hanya semalam itu, menurut perhitungan tahun Hijriyah, terjadi pada tanggal 27 Rajab. Dan tahun ini bertepatan dengan tanggal 30 Juli 2008. Sudah selayaknya umat Islam meyakini adanya peristiwa Isra Mi’raj, yang untuk memahaminya, tidak sepenuhnya ditelusuri secara aqliyah semata tetapi juga harus dibarengi dengan naqliyah (berpegang pada dalil-dalil dalam Kitab Suci). Agama merupakan paduan antara immanent dan transcendent.

Lalu apa relevansi Isra Mi’raj dengan keseharian manusia? Melalui peristiwa tersebut, Sang Pencipta agaknya ingin mengatakan bahwa di atas segala-galanya; masih ada Dia. Yang memperhatikan tingkah-polah manusia hingga yang sekecil-kecilnya. Yang akan mengadili manusia pada saatnya kelak. Walhasil, orang yang mengaku beriman dan beragama, seyogianya selalu sadar bahwa segala perbuatannya tidak lepas dari pemantauan Sang Maha Kuasa. Adakah kesadaran ini sudah menyatu dalam diri kita?

Tampaknya belum! Kita yang mengaku beriman tidak malu berbuat kemungkaran dan merugikan orang banyak. Salah satunya adalah korupsi. Dan para pelaku korupsi adalah mereka yang mengaku beragama, pernah berkampanye pada pemilu dengan mengatasnamakan agama; guna meraih konstituen sebanyak-banyaknya. Akhirnya agama hanya menjadi komoditas politik. Seperti “ayam potong” yang ramai-ramai disembelih setiap pemilu. Setelah berhasil, beramai-ramai pulalah melahap uang rakyat. Paling-paling, begitu ketahuan, uang itu dikembalikan. Pun yang dikembalikan hanya yang ketahuan.

Dan yang terpenting kita harus memiliki sifat iba kepada negara Indonesia yang sedang ramai-ramainya korupsi berjamaah. Dan belajarnya kita di Mesir bukan berarti acuh kepada negara sendiri. Kita tetap memperjuangkan bangsa kita di mana pun kita berada. Di bulan Ramadhan ini kita lebih khusu’ kembali; selalu introspeksi diri atas semua kejadian yang pernah kita lakukan. Bulan suci ini harus kita pergunakan untuk menganalisa bagaimana metode memajukan umat Islam di Indonesia dan memajukan seluruh lini yang menjadi tumpuan untuk menjadikan Indonesia diakui eksistensinya di bumi ini.

Ramadhan sekarang sungguh berbeda dengan yang sebelumnya. Ramadhan saat ini lebih kepada permainan politik yang dijadikan perlombaan untuk mendapatkan jatah kursi parlemen. Tentunya bagi kita semua untuk bisa lebih tajam menganalisa, karena pemilihan umum 2009 akan menentukan arah Indonesia untuk menjadi negara maju. Kita perlu banyak membaca keadaaan; tentang permasalah umat yang sedemikian kompleks dan banyak masalah. Kita buktikan dengan banyak mempelajari setiap partai yang mengusung agama Islam. Dan lebih mengetahui bahwa tidak sedikit dari partai sekarang ini hanya ingin mengejar jabatan dan kedudukan semata. Bukan kepada kesejahteraan rakyat.

Karena penentu kemajuan Indonesia atas pilihan kita kepada wakil rakyat di parlemen, dan begitupun APBN atau devisa negara saat ini sangat besar, jika orang-orang yang mewakili kita di parlemen orang yang rakus atau mementingakan keluarganya: itu akan merugikan masyarakat Indonesia yang tercinta. Di zaman ini, yang dicari masyarakat ialah -siapa pun orangnya- yang bisa membuat kesejahteraan bagi rakyatnya. Bisa saja orang itu jurusan agama. Sebab tidak berarti orang yang jurusan agama hanya mampu mengurusi masyarakat bawah saja. Jika mempunyai kualitas, boleh juga membahas masalah UU atau Perda

 

kajian ISLAH Copyright © 2009 http://kajian-islah.blogspot.com by kajian Islah's zagazig-tafahna