Jangan Sia-Siakan Dia


Oleh: Anas Margono

Manusia dalam roda kehidupan yang dijalaninya, tentu banyak mengalami peristiwa. Mulai ia dilahirkan sampai pada saat sekarang berada, hal-hal itu tak akan terhitung jumlahnya. Diantaranya, ada saat-saat yang sangat bernilai, saat yang tepat untuk meraih sebuah keberhasilan. Saat itu biasa disebut moment yang berarti saat yang tepat, atau momentum yang berarti kesempatan. Satu hal yang penting dalam menyikapi sebuah momentum adalah memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin, karena bisa saja sesorang mempunyai momentum-momentum yang penting dalam kehidupannya tetapi tidak ada perubahan yang berarti pada dirinya. Itu karena dia tidak atau belum memanfaatkannya dengan maksimal.

Dalam perang Uhud, Kholid bin Walid yang belum memeluk Islam adalah salah satu sosok yang berhasil memanfaatkan momentum. Pada awal peperangan, kaum muslimin telah memukul mundur kaum musyrikin yang dipimpin Kholid bin Walid. Dengan kemenangan itu kaum muslimin tergiur melihat harta yang ditinggalkan kaum musyrikin. Mereka turun, melepaskan pertahanan, padahal kaum musyrikin belum jauh dari medan pertempuran. Mereka lalai dan lupa dengan perintah Rasul SAW.

Dengan kecerdasannya, Kholid bin Walid langsung memanfaatkan momentum ini. Kholid membawa pasukannya berputar, menyerang kaum muslimin dari belakang. Sehingga dengan mudah Khalid merebut kemenangan dari kaum muslimin. Dan jadilah Kholid seorang panglima yang disegani.

Perkembangan Islam yang sangat pesat hingga sampai ke pelosok negeri Arab, juga karena kecerdasan Rosul dalam memanfaatkan momentum musim haji; mengajak setiap qobilah yang datang untuk memeluk Islam. Begitu juga pesatnya perkembangan Islam di Madinah hingga menjadi negeri yang makmur adalah karena baiat yang dilakukan Rasulullah di Aqobah terhadap sekelompok penduduk Madinah yang hendak melaksanakan haji. Kembalinya mereka ke Madinahpun tak disia-siakan oleh Rosul; mengirim Mush`ab bin Umair untuk ikut serta bersama mereka sebagai mu`alim demi perkembangan Islam di sana.

Maka, layaknya Rosul dan Kholid, hendaknya setiap kita tidak menyia-nyiakan kesempatan yang datang menjumpai kita, untuk selalu meningkatkan kualitas diri demi kemajuan Islam, apapun jenisnya. Dan sebentar lagi akan datang sebuah momentum yang sangat mahal, “momentum Ramadhan.” Sebuah momentum yang Rosul amat mencela mereka yang gagal dalam memanfaatkannya: “Sungguh sangat merugi! Sungguh sangat merugi! Siapa saja yang menjumpai Ramadhan tetapi dia tidak diampuni dosa-dosanya.” Sangat wajar jika Rosul mencela orang yang gagal memanfaatkan Ramadhan ini, karena dia merupakan momentum yang jarang; hanya sekali dalam setahun.

Ramadhan layaknya sebuah lembaga pendidikan yang menghasilkan para alumni yang handal. Pendidikan Ramadhan bukan sembarang pendidikan, karena Ramadhan tidak hanya mendidik fikriyah saja, tapi juga mendidik setiap sisi kehidupan manusia. Mendidik fikri, tsaqofi, ruhi, jasadi, akhlaq, dan pengorbanan. Maka tidak bisa dielakan lagi bahwa Ramadhan merupakan momentum yang sangat tepat untuk mentarqiyah diri, untuk meningkatkan kualitas diri. Titel dan gelar yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan Ramadhan juga bukan sembarangan, karena yang memberikan gelar ini adalah Allah yang mengetahui yang dzohir dan yang bathin. Penilaian pendidikan ini bukan hanya pada hal-hal yang nampak, tapi juga pada yang jauh di lubuk hati setiap manusia. Maka dibutuhkan kerja keras yang lebih, dibutuhkan persiapan, perencanan dan strategi yang matang untuk menghadapinya.

Momentum itu akan datang sebentar lagi. Hanya dengan hitungan hari dia akan tiba. Jangan sia-siakan dia! Manfaatkan dia! Jangan sampai kita termasuk golongan orang yang sangat merugi seperti tertera dalam hadits nabi di atas.

 

kajian ISLAH Copyright © 2009 http://kajian-islah.blogspot.com by kajian Islah's zagazig-tafahna