IMPERIUM ABAD INI


Oleh: Ahmad Adi Andriana

Imperium terbesar abad ini sedang sekarat oleh gerogotan krisis ekonomi yang menyerangnya: tepat di pusat nadinya, mengakibatkan saluran efektivitas tiba-tiba mengalami gangguan. Bahkan sebagian pengamat memprediksikan bahwa inilah tanda-tanda sang penguasa itu akan tumbang, dan mau tidak mau harus menyerahkan kebesaranya pada tunas baru yang sedang berkembang. Sebuah fakta pembenaran tentang hukum perputaran secara kasar, walau lebih tepatnya adalah konsekwensi rasional dari logika kaidah sufistik, ”ketika mencapai puncak kesempurnaan maka di situlah awal kemunduran. :) ”

Sebelum krisis sang penguasa imperium itu memiliki kelebihan dibandingkan imperium lainnya yang pernah tercatat sejarah; ia memiliki kekuatan perekonomian dan finansial yang lebih besar, ia menggunkan kemajuan di berbagai bidang untuk memuluskan segala tujuanya, ia hidup dalam kodisi aman dari berbagai ancaman secara langsung terhadap tanah dan penduduknya, ia mampu mengumpulkan sumber daya dalam jumlah berlimpah yang memperkuat daya tahan dan kepercayaan diri bahkan kadang pada batas berlebihan, ia memiliki penguasaan senjata yang bersinergi dengan teknologi yang tidak pernah dikenal oleh imperium sebelumnya, ia mampu menawarkan dirinya sebagai idealis sistem alternatif modern, ia bergaya “sok berkuasa” yang lebih berani dan mampu melewati perbatasan geografis maupun politis secara leluasa tanpa hambatan negara tertentu, ia mampu mencuri kesadaran negara dan bangsa lainya dengan media massa yang disetir dalam pembentukan opini dunia. Ia telah sampai pada puncak kesempurnaan.

Tapi setiap yang bernafas memiliki batas ajalnya setelah melewati masa. Kanak-kanak, remaja, dewasa, tua renta dan mencium tanah; sunnatulah yang tidak akan berubah dan bergeser sejengkalpun. Sebuah imperium mengalami hal yang tidak jauh berbeda, karena termasuk yang bernafas dengan manusia penghuninya, saat mencapai usia puncaknya, kemunduran terjadi secara pasti, karena ketika itu ia telah menggunakan seluruh yang dimilikinya sampai pada batas tertentu yang berarti ketika itu pula ia telah menghabiskanya dalam kadar dan jumlah yang sama.

Sebuah pertanyaan besar, siapakah pengganti atau tunas baru yang akan tumbuh menempati kedudukan sebagai imperium berikutnya? Ada yang memprediksikan Cina dan India penggantinya, tapi itu hanya sebuah prediksi belaka, walau memang sedang terlihat geliatnya. Di samping itu juga hukum “kemungkinan” tetap ada. Tidak akan bergeser. Kemudian dengan membalikan standar “saat mencapai usia puncaknya, kemunduran terjadi secara pasti, karena ketika itu ia telah menggunakan seluruh yang dimilikinya sampai pada batas tertentu -yang berarti ketika itu pula ia telah menghabiskanya dalam kadar dan jumlah yang sama, menjadi standar ketika belum digunakan sampai batas tertentu yang berarti belum dihabiskan dalam kadar dan jumlah yang sama maka kemungkinan mencapai puncak terbuka lebar.

Dan dengan agak ragu -walau hukum kemungkinan tetap ada- akankah Indonesia berhak untuk itu? Karena Indonesia menurut ust. Fatcholis yang dimuat dalam buletin Muara edisi ketiga Maret 2008 memiliki sumber daya alam; Pertama; Penghasil bahan tambang terbesar: timah no: 1 di dunia, batu bara no: 2 di dunia, tembaga no: 3 di dunia, nikel no: 5 di dunia, emas no: 7 di dunia, penghasil 80 % minyak di Asia Tenggara, penghasil 35 % gas alam cair di dunia(sumber:price water house coopers). Kedua; memiliki kandungan alam hayati yang cukup besar: Salah satu yang terkaya dan terluas hutan dan keanekaragaman hayatinya, memiliki 515 jenis mamalia (urutan kedua hanya kalah tipis dengan Brazil), 397 jenis burung yang hanya dapat ditemukan di indonesia, memiliki 1400 jenis ikan tawar ( yang hanya dapat disaingi oleh Brazil), memiliki jenis terumbu karang dan ikan laut yang luar biasa, termasuk 97 jenis ikan karang yang hanya hidup di perairan indonesia, memiliki 477 jenis palem (terbanyak di dunia). Ketiga; negeri yang memiliki jumlah pulau terbanyak: jumlah pulau yang pasti saat ini berjumlah 17.504, pulau yang sudah memiliki nama 7.870, pulau yang belum memiliki nama 9.364(sumber: Kompas), memiliki sumber daya manusia; pertama; salah satu negara berpenduduk terbanyak, no 4 setelah China, India dan Amerika.

Pada tahun 2000 sebanyak 203,4 juta jiwa, dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 273,65 juta jiwa, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,35% pertahun, dan pada tahun 2050 diperkirakan akan bertambah menjadi 400 juta jiwa (sumber: badan kependudukan nasional). Kedua; memiliki jumlah penduduk muslim sebesar 84% (terbesar di dunia).

Tentu dengan paradoks; Indonesia di tempatkan sebagai negara terkorup no 1 di Asia dan menempati urutan ke-6 bersama Kenya di dunia, menurut data BPS, masih ditemukan angka kemiskinan sebesar 62 juta jiwa (28,44%), jumlah pengangguran terbuka sebesar 11,6 juta jiwa, jumlah pengangguran dari kalangan sarjana 300.000 orang pertahun, dan jumlah hutang luar negri sebesar US$ 150 milyar atau setara dengan Rp 1.830 triliun, hutang dalam negri Rp 650 triliun, jumlah total dalam dan luar negri Rp 2.030 triliun.

Dalam sejarah, konon hanya dengan bambu runcing, Belanda, jepang dan Inggris dapat diusir. Seperti terbunuhnya Jenderal Mallaby, yang menurut DR. Ruslan Abdulgani hanya “kecelakaan”; saat itu sedang dilakukan perundingan di Gedung Internatio. keduabelah pihak melakukan gencatan senjata. Di tengah panasnya suasana perundingan, tiba-tiba dari belakang Gedung Internatio, datang sekumpulan orang dari etnis Madura. Mereka membawa bendera merah putih yang merahnya diambil dari darah, bergelombang membuat kerusuhan di depan gedung.Tentara sekutu yang menjaga perundingan itu akhirnya melepas tembakan. Menyulut kegaduhan. Ruslan Abdulgani, salah satu saksi sejarah, melihat perang berkecamuk, ia bersembunyi di sebuah lubang dekat sungai. Jaraknya tidak sampai 100 meter dari Jenderal Mallaby. Tidak lama setelah itu terdengar bunyi ledakan. Tidak jelas apa yang baru saja meledak.

Hanya, di tengah suasana tidak terkendali itu, tiba-tiba datang seseorang menghampiri Ruslan Abdulgani. Katanya, "Belandanya sudah terbunuh, Cak”. (yang dimaksud Belanda adalah Mallaby). Terbunuh karena kecelakaan.

Namun bagaimanakah merubah dan memutar balikan paradoks itu? DR.Yusuf Qardawi menawarkan alternatifnya; dengan memiliki salah satu dari tiga kekuatan. Pertama, kekuatan senjata atau militer yang biasa digunakan berbagai negara modern untuk menundukan lawan politiknya seperti terjadi di Cina ketika memadamkan pemberontakan menuntut kebebasan. Kedua, majlis niyabi atau DPR yang memegang penentuan dan perubahan undang-udang dalam sistem demokrasi dimana menteri dan presiden harus tunduk dan tidak bisa mengatakan”tidak.” Ketiga; kekuatan rakyat(opini publik) yang besar, dimana ketika bergerak tidak bisa dibendung dan ditekan bagai tsunami atau banjir bandang, bahkan militerpun tidak berkutik seperti terjadi pada revolusi Iran.

Saat ini peluang yang terbuka adalah majlis niyabi dan kekuatan rakyat, dan seharusnya kita malu oleh menteri luar negri Vatikan Kardinal Tarscisio Bertone, dalam jumpa persnya pada Senin, 6 September 2008 di tengah hingar bingar persiapan pemilu yang akan dihelat, ia berseru kepada seluruh warga Katholik, ”catholics should make their moral choices and voices heard in the ballot box,” dan tanpa malu malu petinggi gereja katolik Roma itu mengatakan ”religion is not like smoking, it is not something that can be tolerated in private but strictly controlled in public.” Karena dalam kristen tidak ada anjuran ikut campur dalam urusan negara, syiar mereka, ”berikan apa yang menjadi bagian kaisar bagi kaisar dan bagian Tuhan bagi Tuhan.” Tidakah kita merenungkan apa yang di katakan imam Al Gazali ”dunia adalah ladang akhirat, agama tidak bisa sempurna tanpa dunia, negara dan agama adalah bagai dua sisi mata uang, agama adalah dasar, dan kekuasaan politik adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa dasar akan runtuh dan dasar tanpa penjaga akan hilang?” Bukan untuk mencari kekuasaan tapi seperti dikatakan DR. Yusuf Qardawi, ”sesungguhnya negara dalam islam adalah aqadiyah fikriyah atau negara yang berdiri di atas aqidah dan manhaj, bukan hanya sebatas mesin pengaman yang menjaga umat dari serangan musuh dari dalam dan luar, akan tetapi tugasnya yang lebih besar dari itu adalah mendidik umat kepada ajaran dan prinsip islam, menyediakan suasana kondusif agar aqidah islam dan ajaranya berpindah ke realita nyata, menjadi contoh bagi yang mencari hidayah dan hujah bagi yang menempuh jalan kesesatan.” Karena kita tidak ingin hancur seperti analisa ibnu kholdun, ”faktor yang membuat sebuah peradaban mundur dan hancur adalah rendah diri, pasrah dan cinta pada dunia.”

Terakhir penulis mengajak bahwa saat ini bukan lagi saatnya mengutuk orang lain dan menghindar dari kegelapan. Akan tetapi menyalakan sebuah lilin seperti pesan pepatah Cina, “lebih baik menyalakan sebuah lilin daripada mengutuk kegelapan.” Dan bila ada dari saudara kita yang mampu atau mencoba menyalakan lilin maka tugas kita adalah melindungi lilin itu dari terpaan angin kencang agar tetap terang dan tidak padam. Walahu a’lam.

 

kajian ISLAH Copyright © 2009 http://kajian-islah.blogspot.com by kajian Islah's zagazig-tafahna