Pondok Gue Sekarang


Oleh: Muhammad Haikal Karami

22 Juni di kaki gunung Ciremai

Perasaan damai itu hadir kembali di relung-relung jiwa. Ketika saya menelusuri jalan menuju tempat yg penuh kenangan; masa-masa indah, penuh gelora semangat dan belajar dalam penitian hidup. Bertahun-tahun dididik mengenal berbagai ilmu yang tak sekedar mengetahui tapi lebih kepada memahami dan mengamalkan. HUSNUL KHATIMAH, bagiku atau mungkin kalian mempunyai arti penting dalam sejarah perjalanan hidup.

Tempat kita mencari setetes dari samudra ilmu Allah Yang Maha Luas..
Pada kesempatan yang langka itu ku gunakan untuk menelusuri setiap lekuk-sudut pondok; membuka slide-slide kenangan yang terlintas. Penuh cerita, canda, tawa, derita. Yang tanpa sadar ku tersenyum memandang kembali asrama, kamar mandi, jemuran, baju dan setiap serpihan pesona kenangan yang pernah tercipta di dalamnya.

Sobat, ijinkan untuk saya berbagi cerita tentang pondok kita sekarang -yang terlihat makin megah dan gagah. Banyak bangunan baru yang didirikan, tata letak bahkan namapun berubah baru. Mencerminkan semangat untuk tak lelah melahirkan generasi harapan penerus ajaran mulia. Segala fasilitas dan sistem senantiasa diadakan dan diperbaharui. Husnul hari ini telah mempunyai ruang makan tersendiri (dikhususkan di bekas asrama Khoibar) lebih kondusif walau mungkin ada yang kecewa karena tidak bisa mengambil jatah lebih dan makan di baskom, hehehe. Terlebih dahulu para santri harus mengambil kartu sebelum mengambil jatah makan. Dan yang pastinya: thobuuur (tentu jadi inget di Mesir ^_^).

Fasilitas belajar mengajar juga diperbaharui: lantai semen sudah jarang terlihat, semuanya kini telah berlantai keramik. Aula yang megah , laboratorium yang hampir lengkap, taman yang indah dan fasilitas olah raga bagi para santri juga banyak yang baru. Bertemu dengan asatidzah, mantan anggota kamar, bibi kantin, dan tak tertinggalkan: Agil bakso adalah yang saya tunggu-tunggu berbagi pengalaman, cerita dan nasihat.

Akan tetapi, tahukah sobat, ada kesedihan tak terperi yang saya rasakan terutama masalah kebersihan lingkungan pondok pesantren yang belum terjaga. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi ketika saya menyempatkan berkunjung ke kamar kelas 12 akhir atau 3 Aliyah, tercium asap yang seharusnya tidak ada di lingkungan pondok. Padahal, besok pagi mereka semua akan diwisuda pada Haflatul Ikhtitam.

Ironis bukan?! Saya juga hampir tak percaya. Tapi saya yakin tidak semua calon alumni seperti itu; memang selalu ada kotak pemisah antara si alim dengan si lalim: tidak menjamin semua santri berhasil dididik. Pasti ada yang terpeleset, bahkan tersesat.

23 Juni Syahdu

Hari itu ibu Husnul Khatimah melepas kembali anak-anak didiknya. Sudah 11 angkatan dilahirkan dari rahimnya. Sebuah prosesi kembali dilaksanakan. Masih terkesan sama dengan haflatul ikhtitam pada tahun-tahun sebelumnya: syahdu dan penuh penghayatan. Kita semua tentu merasakannya; sebuah prosesi singkat menyandang gelar sebagai alumni Husnul Khatimah yang tak lupa akan jasa gurunya, meninggalkan semua kenangan manis di pondok tercinta.

Sobat-sobat alumni yang saling mencintai karena Allah, mungkin inilah sekelumit cerita yang bisa saya ceritakan, dan yang pasti, Husnul Khatimah dan para asatidzah senantiasa menunggu kiprah para anak didiknya untuk membangun pondok ke depan; tanpa pernah mengharapkan harta akan tetapi iImu yang bermanfaat dan prestasi yang membanggakan-lah yang senatiasa ditunggu dan terdengar dari para sobat sekalian.

Tiada kata lain selain mujuhadah: tantangan ke depan semakin berat penuh persaingan.
Tidak lagi ada tempat buat yang santai dan bermalas-malasan.

Semoga kita selalu teringat akan visi PonPes husnul khatimah: “Menjadi kontributor terdepan dalam mencetak kader Dakwah.”
Keep our spirit, semangaaat,,,,,

 

kajian ISLAH Copyright © 2009 http://kajian-islah.blogspot.com by kajian Islah's zagazig-tafahna