Mengenal Diri Sebagai Kunci Keberhasilan


Oleh: Khanova Maulana

من عرف نفسه فقد عرف ربه
“Barang siapa yang mengenali dirinya, maka dia telah mengetahui Tuhannya”

Sebuah hikmah yang mengandung makna sangat besar dalam kesuksesan seorang anak manusia. Kehidupan di dunia tak ubahnya bagaikan sebuah ekspedisi di tengah hutan rimba. Barang siapa yang tidak memiliki panduan dan tujuan serta perbekalan yang cukup dalam ekspedisinya, maka sang ekspeditor akan tersesat tanpa arah.
Begitu pula kehidupan di dunia ini, seseorang hidup adalah untuk sebuah tujuan sebagaimana firman Allah SWT.
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu.” (Q.S adz-Dzariyat: 56)

Dalam konteks kehidupan di dunia fana ini, banyak manusia masih belum mengenal dirinya, belum mengetahui apa yang dibutuhkan bagi dirinya, ke arah mana dia harus melangkah, dan pedoman apa yang dapat ia pegang teguh untuk menjadi panduan dalam petualangan hidupnya.

Dalam fenomena yang terjadi, kebanyakan orang berhasil adalah orang yang mengenal baik dirinya, mengetahui potensi yang dimiliki, kekurangan yang menghambat kemajuan, ia juga menyadari sepenuhnya visi dam misi dalam kehidupannya, sehingga dengan mengetahui dirinya tersebut makin mudahlah ia untuk meraih keberhasilan.

Sebuah catatan sejarah menyatakan bahwa raja Louis XVI dari Perancis telah dikudeta, diturunkan dari tahtanya dan dipenjara. Raja yang naas tersebut memiliki seorang anak laki-laki yang masih muda. Anak tersebutlah yang kelak akan mewarisi tahta kerajaan sepeninggalan ayahnya.

Sekelompok orang yang telah berhasil menggulingkan tahta raja Louis XVI itu menyadari bahwa putra mahkota ini bisa menjadi hambatan bahkan permasalahan di masa mendatang. Mereka berpikir jika putera mahkota tersebut tidak bermoral mulia, maka ia tidak akan pernah mencapai takdir agung yang dianugrahkan kepadanya. Maka dari itu mereka bawa putera mahkota tesebut ke suatu komunitas kesenangan duniawi, menemukan banyak wanita-wanita pelacur, makanan yang berlimpah ruah dan mewah, minuman keras yang memabukkan, bahkan di sana juga berkumpul orang-orang bejat, hina, dan abmoral. Setiap hari putera makhota dikelilingi oleh hal-hal yang dapat merusak manusia dan dapat menyeret jiwa seseorang ke derajat paling rendah dan hina.

Selama enam bulan ia diperlakukan demikian, akan tetapi ia tidak pernah takluk kepada tekanan itu. Bahkan ia dapat menguasai dirinya sehingga tidak terjebak dalam lingkungan yang amat negatif bagi kelangsungan kehidupannya.

Akhirnya setelah berusaha sekian lama untuk merusak moral pangeran, mereka menanyai, “mengapa tidak takluk kepada semuanya itu- mengapa tidak terpengaruh?” Pemuda ini menjawab” Saya tidak bisa melakukan apa yang anda minta, karena saya dilahirkan untuk menjadi seorang raja.”
Pangeran Louis mengetahui dan mengenal dirinya, ia sadar bahwa ia adalah putera mahkota, ia tahu bahwa ia tidak boleh melakukan hal-hal negatif yang berbahaya bagi masa depannya, ia juga menyadari posisinya, maka ia bisa bertahan sehingga tidak dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang merusak dirinya. Dan pada akhirnya hal itu membawanya kepada kedudukan yang mulia.

Dari kisah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam menjalani kehidupan ini, yang paling utama kita kenali terlebih dahulu adalah diri kita. Sehingga setelah mengenali diri maka selanjutnya makin terbuka lebar jalan menuju kesuksesan yang kita harapkan.

Sebuah analogi berkata :
“Jadilah engkau bagaikan ikan di laut, walaupun keadaan di sekelilingnya asin namun ia tetap tawar dan segar.”

Dan bahkan jauh sebelum kita dilahirkan di dunia, ada sebuah generasi manusia yang merupakan sebaik–baiknya ummat di dunia ini telah memberikan tauladan yang sangat berharga bagi generasi selanjutnya. Sang Al Faruq berkata:
حاسبو أنفسكم قبل أن تحاسبو
Introspeksi diri adalah salah satu jalan untuk mengenali siapa diri kita, hendak kemanakah kita melangkah, ke dalam kehidupan indah yang kekal abadikah? Atau ke dalam kesengsaraan tak terperihkan tanpa batas?
Ada klasifikasi kelompok manusia dalam kehidupan di dunia ini:
1. Orang yang tahu dan tahu bahwa dia itu tahu. Orang ini adalah seorang ulama maka dekatilah dia sebagai sarana penunjang kedekatan kita terhadap Allah SWT.
2. Orang yang tahu namun tidak tahu bahwa dia itu tahu. Kelompok ini adalah dia yang khilaf, maka sadarkanlah ia.
3. Orang yang tidak tahu namun tahu bahwa dia tidak tahu.
4. Yang terakhir adalah orang yang tidak tahu namun tidak tahu bahwa dia tidak tahu.

Seorang salafussalih imam Ahmad bin Hambal menyadari betul akan ilmu yang dimiliki -dan dengan pengetahuannya telah mengantarkannya menjadi salah satu imam madzhab yang menjadi pegangan umat Islam dunia. Walau dengan kegigihannya mempertahankan keyakinannya tentang hakikat al-Quran yang bukan makhluk telah mengantarkannya ke arah pintu syahid, namun demikian, ia telah menjadi salah satu orang yang paling bermanfaat bagi generasi penerusnya.

Moment Ramadhan dengan segala keistimewaan dan bonus Ilahi yang tersimpan di dalamnya adalah sarana terbaik untuk introspeksi diri dan sebagai batu loncatan untuk menjadi generasi terbaik di masa depan bagi tanah air. Justru bukan menjadi sampah masyarakat.
Sebuah hikmah berkata:
عرفت ربي بربي # ولولا ربي ما عرفت ربي

Dengan demikian, marilah kita luruskan pandangan, tatap masa depan dan jadikan apa yang ada di belakang sebagai bahan evaluasi kebangkitan di masa yang akan datang!!

والله أعلم

 

kajian ISLAH Copyright © 2009 http://kajian-islah.blogspot.com by kajian Islah's zagazig-tafahna