Membangun civil society di Masisir


Oleh: Ekta Yudha Perdana

Di dunia penuh dengan lika-liku perjuangan, terkadang kita menemukan sebuah tantangan dalam kehidupan, di sana ada yang mengeluh ketika mendapatkan suatu masalah dan ada yang terus berjuang. Itu kembali kepada setiap individu yang mengarunginya. Ketika mendiskusikan tentang permasalahan dan tantangan, tak akan terlepas dari benturan fisik ataupun psikis, itu suatu sunatullah. Dan dari kumpulan suatu individu akan terbentuklah masyarakat, di sana kita akan temukan bervariasi bentuk individu, dari suku, ras, agama.

Dan setiap kita terbentuk oleh lingkungan, ada suatu istilah anak itu lahir dari lingkungannya. Itu menunjukan bahwasanya yang lebih dominan dalam mempengaruhi diri kita adalah lingkungan kita, ialah masyarakat yang ada di sekitar kita. Jadi, baik dan buruknya kita juga tergantung kepada di mana kita tinggal, dan bagaimana masyarakat kita.

Dan Islam pun mengatur semua sisi lini kehidupan termasuk di dalamnya yang berkenaan dengan masalah sosial kemasyarakatan.

Masyarakat Islam

Bahwasnya perang ideologi dengan perantara media massa sangat gencar dilakukan oleh pihak Barat, yang tak suka terhadap Islam. Ada dua visi yang mereka inginkan dari Islam:

Pertama: Menghancurkan pikiran-pikiran umat muslim dengan mendeklarasikan faham atheisme dan juga menyebarkan ideologi-ideologi materialistik, dengan tujuan untuk membuat tasykik (keraguan) terhadap akidah-akidah umat Islam.

Kedua: Memotivasi masyarakat Islam untuk melakukan kerusakan tatanan keluarga, masyarakat, dan membangkitkan permusuhan di antara laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat. Dan mengajak semua anak muda untuk terus bermain, dengan wahana nonton bioskop dll. (red Anwar Jundi; Mujtama’ Islam).

Dan hal ini sesuatu yang sangat ditakutkan oleh para ulama kita, dan sekarang pun telah banyak ideologi yang sangat berbahaya yang dikonsumsi masyarakat, mungkin yang biasa kita kenal dengan nama Islam Liberal, mereka ini adalah bagian di dalam tubuh masyarakat kita. Yang sudah teracuni oleh ideologi Barat yang sangat merusak. Mereka belajar dari Barat tanpa adanya filterisasi. Menjadikan masyarakat hancur karena influecting (pengaruh) terhadap ideologi mereka. Contoh dari pemikiranya adalah mereka mengatakan Qur’an itu bukan firman Allah. Dan dampak ini terhadap masyarakat yang mendengar atau membaca statemen itu akan timbul keraguan dalam diri mereka, karena yang mengatakan itu bukan orang biasa, melainkan civitas akademisi, mahasiswa, dosen bahkan rektor dari perguruan Islam di Indonesia.

Begitu pun tak hanya dari sisi pemikiran saja, melainkan juga moral termasuk dari sasaran Barat untuk menghancurkan generasi Islam, dengan bervariatif jenisnya, dari film, pergaulan bebas, style yang tidak mengindahkan kesopanan, semua itu dikonsumsi di sebagian negara muslim di dunia. Dan itu pun termasuk dari pendistorsian dari Barat yang disuguhkan oleh umat Islam di dunia, untuk merusak generasi Islam. Hal ini ada di masyarakat kita, bukan hanya masyarakat di Indonesia, melainkan di Mesir sekalipun. Atau bahkan ada di sektiar kita, orang yang terkena implikasi dari westernisasi. Naudzubillah.

Dan problem solving dari semua permasalahan adalah kita kembali kepada agama yang diridhai Allah swt, ialah Islam. Kita kembali kepada syariat, yang telah mengatur tatanan masyarakat yang harmonis dan dinamis, seperti zaman Umar Bin Abdul Aziz. Artikulasi ideologi dari Barat tak terlepas dari filterisasi yang sangat selektif.

Prespektif Barat Terhadap Masyarakat Islam

Ini biasa kita temukan di dalam surat kabar ataupun berita di televisi, bahwasnya bangsa Barat mengetahui Islam, mayoritas mereka mengklaim bahwa Islam itu teroris, radikal, fundamentalis, dan termionogi–terminologi yang lain yang meraka buat sendiri. Dan presepsi ini mereka lontarkan kepada umat Islam. Tepatnya ketika runtuhnya gedung WTC, ketika itu yang banyak melakukan provokasi yang sangat gencar adalah Zionis. (red: Hamid Ammar Al-Islah Al-Mujtama’)

Dan ini disebarkan ke seluruh media massa di Amerika, bahwa dalang di balik runtuhnya WTC adalah umat Islam. Maka kebanyakan dari warga Amerika banyak yang terpengaruh atas isu itu. Dan hal ini juga disebarkan kepada seluruh universitas di Amerika. Maka tidak sedikit dari para dosen yang mengajar di universitas Islam di Amerika dari berkebangsaan Arab dikembalikan ke negaranya, dalam beberapa bulan setelah itu, baru boleh berkerja kembali. Dikarenakan masih banyak yang trauma terhadap runtuhnya WTC. Takut terjadi sesuatu, maka kebijakan itu diambil. Jika kita analisa bahwasanya tipe masyarakat ini mereka yang termasuk dari masyarakat yang mudah terkena isu.

Bukankah Islam telah mengajarkan jika datang kepada kita suatu berita maka harus ada tabayun (penjelasan) terlebih dahulu, sebelum kita melangkah kepada hukum. Dan itulah sebab yang menjadikan Barat sangat kesal terhadap Islam. Itu pengaruh dari lingkungan, masyarakat Barat di Amerika ada zionis, ada kulit hitam, kulit putih, agama, tidak beragama, dll. Jadi masyarakat sangat mempengaruhi daya pikir dan kepribadian kita.

Penutup

Setiap Kita menginginkan menjadi civil society (masyarakat madani) tetapi masih banyak di antara individu masih ragu untuk merealisasikan syariat Islam dalam kehidupan kita. Dan terkadang kita juga masih suka mengadopsi budaya Barat yang terlalu liberal. Menjadi masyarakat madani tidaklah mudah, penuh perjuangan dan pengorbanan. Jika kita analisa di sekitar kita, ada orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri dalam mengembangkan intelektualitasnya, belajar sendiri, pintar sendiri, padahal teman-temennya membutuhkan bantuan. Sikap apatis ini yang masih banyak di sekitar kita. Terkadang akal kita tertutup oleh idelalis yang tinggi, yang menginginkan mendapatkan nilai yang tinggi, bolak-balik membaca buku diktat, tetapi acuh saja ketika melihat teman kita yang terbata-bata ketika membaca bahasa Arab, tanpa memperhatikan setiap individu yang masih tertinggal.

Kita tak akan pernah menjadi masyarakat madani sebelum ditanamkan di dalam diri kita, mau tidak kita berkorban untuk orang lain? Dan mau tidak kita merasakan penderitaan orang lain? Jika dijawab dengan kata “iya”, maka kita akan menemukan masyarakat madani di Mesir ini, akan lahir dari rahim Masizig (Mahasiswa Zagazig) dan Masana (Mahasiswa Tafahna). Amin. Penulis menutup dengan perkataan Muhammad Abduh: “Akal adalah mutiara manusia, dengan itu kita menentukan langkah.” Maka gunakanlah akal kita untuk bisa melihat sekitar kita dengan tulus. Wa Allah A’alam.

 

kajian ISLAH Copyright © 2009 http://kajian-islah.blogspot.com by kajian Islah's zagazig-tafahna